Di tengah hutan, para prajurit Sushima sedang mencengkram lengan Agraduta, Sushima meminta Agraduta untuk menyerahkan diri “Aku akan mengampuni nyawamu kalau kamu mau menyerahkan diri” namun Agraduta tidak bergeming sedikitpun “Buka cadarnya !” salah satu prajurit berjalan ke arah Agraduta tapi Agraduta langsung melompat dan menendang prajurit tersebut kemudian Agraduta mendorong semua prajurit yang mencengkramnya sedari tadi dengan sekali hentakan, Sushima tertegun melihatnya dari atas kudanya
Di tengah hutan, Ulka menghempaskan Chanakya ke tanah, Chanakya yang tidak berdaya akhirnya hanya bisa terbaring di atas daun daunan di tanah, Ulka sangat puas melihatnya “Apa yang telah kamu lakukan, Ulka ?”, “Aku adalah orang bayaran yang di gunakan oleh seorang perempuan untuk menentang keinginanmu, kamu telah membuat Vish Kanya sedih jadi kamu harus mati ! Ini adalah sebuah keadilan !” ujar Ulka sinis “Kamu tahu Ulka, pasir hanya akan bertemu dengan pasir saja, tidak ada yang perlu di sesali, aku mempunyai satu permintaan, siapa yang telah menggunakan kamu sebagai senjatanya, aku hanya ingin tahu siapa yang melawan aku, aku hanya ingin tahu saja” ujar Chanakya lemas
Di tempat Agraduta, Agraduta di kelilingi oleh para prajurit Sushima, Sushima tidak ingin membuang waktunya menuju ke tempat para pengungsi “Jika para pengungsi itu pergi dari tempat itu maka aku akan terlambat” kemudian Sushima menyuruh ke empat prajuritnya untuk menemaninya sementara sisanya diminta membereskan Agraduta dengan membawa kepalanya sebagai bukti “Aku akan melihat wajahnya nanti” ujar Sushima kemudian berlalu dari sana dengan kuda dan prajuritnya, para prajurit Sushima berusaha menangkap Agraduta dengan menggunakan seutas tali
Di tempat Chanakya, Ulka sangat senang melihat Chanakya yang mulai sekarat “Kamu hanya membuat sebuah peraturan bahwa seorang Vish Kanya hanya bisa menyebarkan racun tapi tidak bisa menyebutkan nama seseorang yang telah mengirimkannya” Chanakya berusaha membicarakan tentang sisi baik Ulka “Aku tidak mempunyai banyak waktu, aku tidak bisa menghentikan racun ini yang telah menyebar ke seluruh tubuhku, aku sepertinya akan mati, aku tidak akan melakukan apapun jika kamu mengatakan padaku siapa nama orang yang telah mengirimkan kamu, aku ingin tahu siapa orang ini yang telah mengalahkan aku dalam permainanku sendiri” ujar Chanakya lemas “Orang itu bukan hanya musuh kamu tapi dia adalah musuh tertua kerajaan Magadha juga, darah orang itu telah menipu Magadha di masa lalu juga, dia itu Mauryavanshi yang telah mencoba membunuhmu di masa lalu juga, kamu tidak melakukan keadilan pada orang ini yang sebenarnya seorang perempuan, dia itu lebih kuat dari pada kamu ! Hatinya telah berubah menjadi batu setelah apa yang terjadi padanya di Maurya, aku tidak memiliki hati yang begitu keras seperti dia yang bisa mengirimkan seseorang untuk membunuh orang lain yang di panggilnya sebagai anaknya sendiri, dia adalah Rajmata Helena” saat itu Chanakya hanya terdiam dan tidak memberikan respon apapun, Ulka segera mengecek kondisi Chanakya, apakah masih bernafas atau tidak, Ulka sangat puas ketika dilihatnya Chanaknya telah meninggal, kemudian Ulka bergegas pergi dari sana, tak jauh dari tempat Chanakya, nampak Bindusara dan para prajuritnya sedang mencari Chanakya, Bindusara sampai disana namun terlambat, Bindusara menyuruh para prajuritnya untuk mencari Chanakya, tak lama kemudian Bindusara menemukan Chanakya yang terbaring di tanah, Bindusara mencoba membangunkan Chanakya, tapi tangan Chanakya jatuh lemas begitu saja, Bindusara terkejut melihatnya
Sushima dan para prajuritnya sedang dalam perjalanan menuju ke tempat para pengungsi yang telah mencuri barang barang dari gerobak para pedagang dan telah membagikan barang barang itu untuk orang orang mereka, sementara itu Agraduta sedang di pukuli oleh para prajurit Sushima ketika dia berusaha melarikan diri dari sergapan para prajurit sambil berteriak “Ibuuuu !”
Di kerajaan Magadha, Dharma terbangun dan merasa gelisah, sepertinya ada tidak beres dengan Ashoka, bergegas Dharma hendak keluar dari kamarnya namun Charumitra yang memasuki kamarnya segera mencegahnya, Charumitra memintanya untuk istirahat “Maharani Charumitra, aku telah bermimpi buruk barusan tentang Ashoka, dia sepertinya sedang dalam masalah, aku harus melihatnya untuk meyakin dia baik baik saja” namun Charumitra melarangnya “Kamu seharusnya makan dulu” Dharma ingin mengambil satu untuk Ashoka namun Charumitra tidak ingin kehilangan kesempatan ini “Pergilah tapi bagaimana nanti perasaannya jika dia melihat kamu dalam kondisi yang seperti ini ? Apakah kamu ingin dia mengkhawatirkanmu ? Seorang anak tidak akan mengambilnya ketika dia menyadari ibunya sedang dalam keadaan tidak baik, apakah kamu ingin dia merasa tidak nyaman ? Ini tidak baik bukan ?” Dharma hanya terdiam mendengarkan ucapan Charumitra “Kamu sangat peduli padanya tapi hal ini akan menunjukkan padanya kalau kamu tidak mempercayainya, dia akan kehilangan kepercayaan dirinya, apa yang aku katakan ini karena berdasarkan pengalaman”, “Aku minta maaf, Maharani Charumitra tapi kenapa kamu begitu khawatir pada Ashoka ?” ujar Dharma heran “Aku tidak pernah membenci kamu atau anakmu, aku terbiasa hidup disini dengan istri istri Samrat Bindusara yang lain, aku tidak ingin sesuatu yang terjadi padamu ketika dia tidak ada disini” Dharma sangat tersentuh hatinya ketika Charumitra mengucapkan kebohongan itu agar Dharma percaya padanya, Charumitra kemudian berpura pura menunjukkan rasa simpatinya pada Dharma “Aku bisa memahami penderitaanmu ketika kamu melahirkan anakmu pada saat Samrat Bindusara tidak ada bersamamu, aku bisa melihat kenyataan yang ada ketika dia sangat puas dan bahagia ketika bersama dengan dirimu, cemburu itu alami, makanlah sesuatu ketika kamu memaafkan aku dari hatimu yang paling dalam dan mempercayai aku” Dharma pun menyetujui permintaan Charumitra, Dharma duduk di tepi tempat tidurnya untuk makan, Charumitra mulai menyuapi Dharma dengan tangannya sendiri sambil memikirkan ucapan wanita penyihir itu “Mereka berdua harus makan dari tanganmu sendiri, mereka tidak boleh mencurgai kamu sama sekali, hanya dengan itu maka mantranya akan mempengaruhi mereka”
Pada saat itu, Sushima telah mencapai di daerah Kali Pahadi, Sushima menghentikan kudanya, untuk melihat apa yang terjadi di depannya sana, sementara itu seorang perempuan mengucapkan terima kasih pada Agraduta yang telah menolong teman temannya, wanita itu merestuinya, semua orang yang berada disana memuji Agraduta “Hidup Agraduta ! Hidup Agraduta ! Hidup Agraduta !” dari kejauhan Sushima marah begitu mendengarkan pujian para pengungsi untuk Agraduta “Aku tidak akan menyisakan mereka sedikitpun karena mereka menentangku melalui Agraduta, aku akan kembali untuk merenggut apa yang telah mereka curi dari aku !” ujar Sushima geram “Para prajurit berlakulah sangat kejam pada mereka sampai mereka akan membenci keberadaan mereka di muka bumi ini, tidak ada seorangpun yang seharusnya pernah berfikir untuk melawan aku ! Tidak itu anak anak atau ibu ibu yang boleh hidup, ubahlah keadaannya menjadi seperti sebuah tempat pemakaman, Samrat Bindusara tidak boleh tahu apa yang terjadi disini ! Tidak ada Agraduta yang akan datang untuk menyelamatkan mereka sekarang !” ujar Sushima,
Ketika Sushima dan pasukannya mulai bergerak menuju ke tempat para pengungsi tiba tiba sebuah pedang melayang dan tertancap di tanah di depan Sushima dan prajuritnya, tak lama kemudian Agraduta melompat lompat dan berdiri didepan mereka sambil memegang pedangnya, Sushima merasa heran bagaimana Agraduta bisa sampai disini sebelum dirinya, kilas balik memperlihatkan bagaimana Agraduta membuat para prajurit itu terjatuh dengan tali yang sama yang diikatkan di tubuh Agraduta, Agraduta mencoba mengalahkan para prajurit itu kemudian Agraduta mengikat mereka menjadi satu pada sebuah pohon dan segera berlari dari sana secepat mungkin “Aku sudah bilang padamu jangan uji rakyat biasa, kami telah melakukan banyak hal ketika kami mendapatkan permintaan, jika seorang laki laki biasa bisa mengalahkan para prajuritmu maka pikirkan apa yang akan kami semua lakukan bersama sama ? Jadi lebih baik agar kamu pulang saja” Agraduta mencoba mengejek Sushima, Sushima meminta prajuritnya agar tidak meninggalkan dirinya “Kamu ini takut atau mengalah ? Kenapa kamu selalu memaksa para prajuritmu yang maju ke depan ?” Sushima merasa semakin jengkel mendengarkan ucapan Agraduta