Di tempat Bindusara, Bindusara mendapati semua prajuritnya mati “Ini pasti perbuatan Vish Kanya !” ujar Bindusara geram, sementara itu di tenda Chanakya yang masih terbaring lemah mencoba berdoa untuk keselamatan Bindusara “Ini sangat penting untuk menangkap Ulka dalam keadaan hidup !” ujar Chanakya
Di kerajaan Magadha, Helena sedang menerangkan tentang pangeran Sikandar di kamarnya pada Siamak, Helena memberikan masukan ke Siamak apa yang telah pangeran Sikandar lakukan ketika dirinya masih sangat muda “Usia itu bukan masalah untuk berfikir kalau kamu tidak bisa melakukan pekerjaan yang begitu besar” Siamak hanya mendengarkan ucapan neneknya itu, Siamak sangat merindukan ibunya “Rajmata Helena, apakah tidak ada pesan dari ibuku ?” sambil tersenyum Helena berkata “Oh iya, kemarin aku baru saja menerima sebuah surat dari ibumu, dia mengirimkan salam penuh cinta untuk kamu” Siamak sangat senang mendengarnya, kemudian Siamak langsung pamit untuk menulis surat balasan untuk ibunya, sepeninggal Siamak, Helena sendiri merasa heran dimana Noor berada saat ini ?
Sementara itu di tempat Noor, beberapa pelayan sedang membantu Noor mandi di sebuah kamar mandi kerajaan, Dastan nampak mengintip dari balik tirai, tak lama kemudian Dastan memasuki kamar mandi tersebut, Noor terkejut apalagi ketika Dastan menyuruh semua pelayannya pergi meninggalkan mereka berdua, Dastan masuk kedalam bak kamar mandi tersebut dan bermain air ke arah Noor, Noor hanya bisa menghindar dari cipratan air yang dibuat oleh Dastan, tiba tiba Dastan mendekat ke arah Noor sambil mengambil sebuah parfum kesukaan Noor dan mulai memoleskan parfum itu di leher Noor, Noor hanya diam saja ketika Dastan semakin mendekat ke wajahnya sambil membaui aroma wangi parfum tersebut “Rupanya kamu tidak lupa pada semuanya ?” ujar Noor “Ayoolah segera keluar dari bak kamar mandi ini, aku telah membuat sebuah perjanjian penting untukmu hari ini” Noor mencoba bicara dengan gaya Dastan, rupanya Dastan marah dan segera keluar dari bak kamar mandi sambil sesaat melirik ke arah Noor kemudian meninggalkannya begitu saja, sepeninggal Dastan, Noor marah pada dirinya sendiri “Aku melakukan semua ini semata mata hanya untuk Siamak !” ujar Noor kesal sambil menghempaskan air begitu keras
Di kerajaan Magadha, Ashoka bertemu dengan Drupata di koridor istana, ketika Ashoka bertanya tentang ibunya, Drupata tidak tahu bahkan dia juga belum bertemu dengan Dharma, Drupata terkejut ketika melihat Ashoka mengenakan pakaian kerajaan yang sangat dibencinya itu “Aku sedang mencoba untuk membiasakan diriku mengenakan pakaian ini jadi aku bisa mengerti apa yang dirasakan oleh seorang raja” ujar Ashoka, tiba tiba bahu Ashoka di sentuh oleh seseorang, rupanya Sushima yang memegang bahunya, Sushima meragukan apa yang dilakukan Ashoka kali ini “Sekarang rupanya kamu bersandiwara menjadi seorang raja ? Apakah ini benar benar sebuah alasan atau kamu memang melakukan apa yang kamu katakan tentang kepentingan itu ?” Ashoka hanya tersenyum dan berusaha menjelaskan ke Sushima “Aku telah dilahirkan sebagai seorang raja sejak aku dilahirkan, aku mendapatkannya dari ayahku ! Tidak ada seorangpun yang akan menjadi raja kecuali aku dan tidak ada seorangpun yang bisa merebut hak tersebut dari aku, jangan lupa bahwa kamu juga mempunyai hak ini hanya untuk beberapa hari saja, nikmatilah sampai ayah kembali” ujar Ashoka kemudian berlalu dari sana meninggalkan Drupata dan Sushima yang menatapnya dengan tatapan marah dan kesal
Di koridor istana Ashoka bertemu dengan Radhagupta, Ashoka kembali bertanya tentang ibunya “Ibu tidak ada dimanapun, dimana dia ?” tak lama kemudian salah prajurit dan Kasturi menghampiri mereka, prajurit itu mengabarkan kalau Dharma pergi ke luar istana “Aku mencoba bertanya padanya tapi dia hanya diam saja, tidak menjawab pertanyaanku, pangeran” Radhagupta segera memerintahkan beberapa prajurit untuk mencari Dharma secepat mungkin “Kemana ibu pergi ?” Ashoka benar benar merasa penasaran
Di kamar Charumitra, Charumitra sedang melakukan praktik ilmu hitamnya, sementara itu Dharma sedang berjalan di dalam hutan, saat itu Dharma sedang berjalan ke arah tebing yang curam, sedangkan di tempat Bindusara, Ulka sedang duduk di dekat sungai ketika Bindusara memegang tangannya “Permainanmu sudah berakhir Vish Kanya !” ujar Bindusara geram
Ashoka akhirnya menemukan ibunya, Dharma masih terus berjalan di dalam hutan menuju ke tebing dengan tatapan matanya yang kosong, Dharma seolah olah sedang berjalan di sebuah jalan yang lurus, hingga akhirnya Dharma sampai di ujung tebing, Ashoka segera berteriak memanggil ibunya untuk berhenti, sementara itu di tempat Bindusara di dekat sungai, Bindusara dan Ulka bertarung satu sama lain, Bindusara mengeluarkan pedangnya sementara Ulka menggunakan cambuk untuk menyerang Bindusara, Ulka mulai menghajar Bindusara
Dharma masih terus berjalan mendekat ke arah ujung tebing, Ashoka segera berlari untuk menghentikan ibunya, tiba tiba Charumitra datang dan memegang tangan Dharma pada saat yang tepat, Ashoka merasa lega “Rani Dharma, kenapa kamu melarikan diri ketika aku keluar dari kamar kamu ? Bagaimana kalau ada sesuatu yang terjadi pada kamu ?” Charumitra bersandiwara di depan Ashoka, sedangkan Dharma hanya diam saja, Ashoka langsung memeluk ibunya begitu sampai di dekat Dharma, Charumitra kembali melanjutkan sandiwaranya di depan Ashoka “Aku tidak akan memaafkan diriku jika ada sesuatu yang buruk yang terjadi pada ibumu, Ashoka” Ashoka sangat berterima kasih pada Charumitra karena telah menyelamatkan ibunya, Ashoka berusaha untuk membuat ibunya berbicara tapi Dharma hanya diam saja, tatapan matanya sangat kosong “Kalau begitu kita harus segera membawa ibumu ke istana sekarang juga, Ashoka ,,, ibumu mungkin butuh istirahat, aku hanya mengkhawatirkan dirinya” Ashoka segera membopong ibunya dengan kedua tangannya dan segera berlalu dari sana, Charumitra tersenyum sinis sambil menyeka airmata palsunya
Di tepi sungai, Ulka berhasil melukai lengan Bindusara dengan cambuknya, Ulka sangat senang melihat Bindusara kesakitan “Kamu tidak akan hidup, Bindusara ! Tidak ada gunanya bertarung, kamu tinggal menjalani saja sisa hidup kamu dengan memikirkan keluargamu saja, tapi sayangnya kamu tidak bisa melakukan apa apa lagi, bagaimana perasaanmu begitu kamu mengetahui kalau saat ini adalah saat saat terakhir hidup kamu !” ejek Ulka, dengan sigap Bindusara segera menyerang Ulka dengan menebas leher Ulka dengan pedangnya, seketika itu juga Ulka tewas “Banyak orang yang merasa beruntung, paling tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk berfikir pada saat saat terakhir mereka”
Di kerajaan Magadha, Sushima sedang berfikir tentang ayahnya “Ayah pasti akan bisa kembali sewaktu waktu, aku harus mengatur semuanya dengan baik sebelum ayah pulang” bathin Sushima dalam hati, tak lama kemudian Purshottam, orang kepercayaan Sushima menemuinya di ruang pribadi Samrat, dia mengabarkan kalau semua uang koin emas telah di ganti di dalam kas “Kita harus mengatur berapa banyak uang yang bisa kita gunakan untuk membeli setengah pasukan prajurit Magadha dan tempat ini , dimana kita telah menyimpan uang itu adalah sebuah tempat rahasia, aku yang akan mengurusnya, pangeran” ujar Purshottam sambil menunjukkan sebuah peta pada Sushima, tiba tiba Sushima mencengkram telapak tangan Purshottam “Aku yang akan memutuskan apa yang aku tahu dan apa yang akan aku lakukan sekarang” Khalatak meminta Sushima untuk tidak menyakiti Purshottam “Pangeran Sushima, aku mohon jangan sakiti dia, dia ini salah satu orang yang paling setia dengan kita” pinta Khalatak namun Sushima tidak menggubris permintaan Khalatak, Sushima malah meminta Purshottam untuk membuat rute jalan di peta itu dengan darahnya sendiri, Purshottam pun menuruti sambil melukai ujung jarinya dan membuat rute itu di peta “Purshottam, jangan katakan padaku seperti itu lagi atau aku akan memotong lidahmu !” ancam Sushima dan menyuruh Purshottam pergi dari sana, Sushima segera melihat rute di peta tersebut ..