Di dalam hutan, Aakramak terjatuh setelah di tendang dengan keras oleh Agraduta dan kepalanya membentur sebuah batu kemudian pingsan, Agraduta tertegun melihatnya kemudian Agraduta meminta restu padanya dan bergegas pergi menolong para pengungsi.
Di tempat Chanakya, saat itu Chanakya masih terperosok masuk ke dalam sebuah lubang di tengah hutan, Chanakya berusaha keluar dari lubang itu dengan menggunakan sebuah batang yang sangat kuat, akhirnya Chanakya berhasil keluar dari lubang tersebut dan juga berhasil menemukan tanaman obat untuk mengobati Bindusara, tiba tiba petir menyambar, pertanda akan segera turun hujan, begitu melihat petir tersebut kuda yang di tunggangi oleh Chanakya tadi lari ketakutan dan meninggalkan Chanakya “Jika aku tidak segera menyelamatkan Samrat Bindusara sebelum matahari terbenam maka masa depan kerajaan Magadha akan menjadi kelam selama lamanya, ini adalah tugas seorang Guru untuk menyelamatkan muridnya, jika aku gagal maka hubungan antara seorang Guru dan muridnya akan jadi tidak menyenangkan” bathin Chanakya sambil mulai berjalan pulang ke tenda Bindusara
Aakramak sadar dari pingsannya, dia mendengar ada suara keributan, Ashoka sedang terkapar di tanah sambil menahan kesakitan, Ashoka mencoba menyesatkan pikiran Aakramak tentang Agraduta dengan berpura pura kalah bertarung dengan Agraduta, kemudian Aakramak pergi bersama sama dengan prajuritnya meninggalkan Ashoka yang masih menahan sakitnya, sepeninggal Aakramak, Ashoka segera bangun dan bergegas menuju ke tempat para pengungsi
Chanakya akhirnya berhasil mencapai di tenda Bindusara, nafasnya nampak tersengal sengal dan letih sambil berlari tergopoh gopoh, tak lama kemudian Chanakya berusaha membuat Bindusara meminum sari pati dari tanaman obat yang di temukannya di dalam hutan itu, tiba tiba Bindusara mengigau sambil menyebut nama Dharma kemudian dia terbatuk batuk, di lain sisi Dharma meminta air putih, Ahenkara yang menemaninya saat itu melihat kalau wadah air putih tersebut kosong, sementara tidak ada satupun pelayan yang ada di kamar Dharma, ketika Ahenkara hendak mengambil air putih tersebut, Ahenkara melihat Sushima memasuki kamar Dharma, nampaknya Sushima tidak suka begitu mengetahui Ahenkara tidak meminta ijin padanya untuk merawat Dharma, Sushima segera mencengkram lengan Ahenkara, Ahenkara mencoba membela diri dengan mengatakan kalau Sushima sudah mengirimkan Ashoka untuk melakukan pekerjaan penting jadi dirinya mencoba mengambil tanggung jawab ini dengan merawat Dharma, Sushima terkejut ketika mendengar alasan Ahenkara, bagaimana bisa Ahenkara tahu tentang semua ini ? “Sekarang, pergi ke kamarmu dan kirimkan beberapa pelayan ke sini untuk merawat Rani Dharma ! Cepat ! Kamu tahu kan apa yang akan terjadi kalau kamu tidak mematuhi perintahku !” Ahenkara merasa sedih karena dirinya tidak bisa memenuhi janjinya pada Ashoka “Ashoka, pulanglah segera !” ujar Ahenkara sedih sambil menyusuri koridor istana menuju ke kamarnya sendiri
Para pengungsi sangat senang begitu melihat Agraduta “Tolonglah kami, Agraduta” pinta para pengungsi tersebut “Cepatlah kalian pindah dari sini, aku tahu jalan keluar yang bisa kita lalui dimana tidak ada seorangpun yang akan bisa melihat kita” ujar Agraduta, para pengungsi segera mengemasi barang barang mereka, sementara itu Aakramak tidak bisa melihat satupun pengungsi di tempat tersebut, Aakramak meminta pada semua prajuritnya untuk menyisir daerah tersebut “Bagaimana aku bisa menghadap ke hadapan Samrat Bindusara jika aku gagal dalam misi ini ?” bathin Aakramak dalam hati
Di tenda Bindusara, Bindusara mulai membuka matanya, Chanakya nampak lega ketika melihat kondisi kesehatan Bindusara semakin membaik “Kita sangat beruntung karena kita telah di selamatkan oleh para Dewa, racun itu tidak akan bisa mempengaruhi kamu sekarang, tapi kamu masih lemah, lebih baik kalau kita kembali ke Patliputra, kamu akan di obati dibawah pengarahan Rani Dharma, aku akan ke kerajaan Ujjaini dan mengurus semuanya” ujar Chanakya, Chanakya juga bersumpah tidak akan mengampuni siapapun yang berada dibalik rencana ini.
Di kerajaan Magadha, Helena sangat terkejut begitu mendapat kabar kalau Ulka, orang suruhannya tewas, Helena marah dan segera mengusir pelayan setianya “Semuanya sekarang mulai menentang rencanaku, Noor belum juga kembali, Charumitra juga tidak menceritakan apa yang sedang dia lakukan saat ini ! Aku harus melakukan sesuatu sebelum semuanya lepas dari tanganku !” ujar Helena sengit, sementara pada saat itu Charumitra sedang melakukan praktik ilmu hitamnya, Charumitra tahu kalau Bindusara akan segera kembali ke istana “Aku harus melakukan hal ini padamu, Dharma !”, saat itu Dharma sedang di cek kembali kondisinya oleh tabib namun tatapan mata Dharma kosong dan tidak bersahabat, Subharsi yang menemaninya juga merasa cemas “Rani Dharma, bukalah mulutmu” tiba tiba Dharma menampar pipi tabib dengan keras dengan tatapan matanya yang liar, tabib dan Subharsi mencoba memegang lengan Dharma namun Dharma terus memberontak, tabib membuat ramuan obat obatan herbal untuk Dharma dan meminumkannya, untuk sementara Dharma bisa tenang, tabib meminta Subharasi untuk membiarkan Dharma untuk tinggal sendirian sementara waktu karena saat ini kondisinya sedang tidak baik, dari kejauhan Charumitra tersenyum puas sambil berkata “Rasanya tidak akan sulit bagiku untuk menyingkirkan Ashoka, setelah Dharma tiada”
Di tempat para Khurasani, beberapa anak buah Dastan sedang saling bergulat di tonton oleh teman temannya yang lain, sementara di dalam tenda, Noor berbohong pada Dastan “Dastan, kamu tahu aku tinggal dengan Bindusara, hanya demi anak kita Siamak, meskipun pada waktu itu aku akan bunuh diri” Dastan hanya tersenyum sinis sambil membalikkan tubuh Noor agar menatap matanya “Seseorang yang bicara jujur bisa terllihat dari matanya, aku mengenal kamu sangat baik, Noor” Noor terus pura pura bersandiwara namun Dastan tetap saja tidak percaya padanya “Aku memang membenci Bindusara karena dia telah merebut kamu dari aku tapi aku tahu kalau dia itu adalah raja yang baik, jika dia menghukum Mir Khurasan, ayahmu maka pasti ada sebuah alasan dibalik itu” Noor terus menghasut Dastan agar menentang Bindusara “Aku sangat mengenal dia daripada kamu, dia itu bonekanya Chanakya, Chanakya sangat membenci orang orang Khurasani, kamu tahu itu juga kan ? Dia itu menjebak ayahku, aku membutuhkan bantuanmu” Dastan setuju untuk mempercayai hal tersebut “Tapi kenapa aku harus menolong Mir Khurasan ? Dialah yang memisahkan kita berdua, aku masih belum bisa memaafkan dia, dan tidak akan ada yang berubah meskipun jika aku membebaskan Mir, kamu masih saja menjadi istri Bindusara” tiba tiba Noor memegang sebuah belati dan berkata “Bunuhlah aku, Dastan ,,, jika kamu tidak mempercayai aku, mungkin dengan cara ini bisa membuat kamu percaya padaku betapa aku masih sangat mencintai kamu” Dastan masih cukup sulit untuk mempercayai Noor, kemudian Noor memegang tangannya “Aku memang adalah istri Bindusara selama dia masih hidup, di hari kamu membunuhnya, kamu bisa menjadikan aku sebagai istrimu setelah kamu menjadi Samrat Magadha, berilah aku ruang di hatimu atau bunuhlah aku !” pinta Noor dengan wajah memelas
Sementara itu di dalam hutan, Agraduta membimbing para pengungsi itu melalui sebuah gua “Kita harus berhati hati ketika melewati jalan ini” tiba tiba para pengungsi itu berlarian ketika mereka menyadari kalau para prajurit mulai berdatangan mendekat ke arah mereka, Aakramak melihat gua tersebut, Aakramak segera memasuki gua itu bersama prajuritnya, Agraduta terus meminta para pengungsi itu untuk tidak berlari lari, beberapa orang terjebak pada sebuah batu yang jatuh dari atas gunung yang menutupi mereka, mereka meminta tolong pada Agraduta, Agraduta yang berada dibalik tumpukkan batu itu meyakinkan mereka kalau dirinya akan menolong mereka, tepat pada saat itu Aakramak datang menghampiri para pengungsi yang terjebak dan menanyakan tentang Agraduta, mereka menolak untuk menipu orang mereka sendiri, Aakramak mengatakan pada mereka kalau Agraduta itu adalah pengkhianat “Suatu hari nanti dia pasti akan tertangkap ! Lalu siapa yang akan menyelamatkan kalian ?” Agraduta yang mendengarnya dari balik tumpukkan mulai berfikir kalau dirinya tidak akan mampu lagi menyelamatkan teman temannya atau dirinya sendiri jika dia melakukan sesuatu kali ini, lalu siapa yang akan menolong mereka nanti ?