10/05/2015

Ashoka Samrat Episode 177


by Made
Di halaman Istana Magadha, Vonis hukuman cambuk untuk ashoka sedang dilakukan, Ashoka dicambuki bergantian oleh algojo. Ahenkara, tidak tega melihat keadaan Ashoka yang sudah tidak berdaya. Shusima meminta agar ahenkara memulai untuk menghitung, ahenkara memulai untuk menghitung dan memasukan bola pada baskom satu persatu. Dari jauh Dhrama hanya dapat menangis, ia sangat cemas dan tidak sanggup untuk melihat cambukan ditubuh ashoka.
Dharma menangis pilu dan ia ingin mendekat, Kasturi mencegahnya dan mendampinginya :”Ashokaaa… Ashokaaa”
Ashoka menahan rasa sakit cambukan yang diberikan oleh algojo.
Hakim Akhanandand :” Atas semua kesalahan ini, maka aku mengira ini pun akan sangat mempengaruhi masa depan”
Hakim Khirinat :” Aku pun juga setuju dengan mu”
Tubuh ashoka terus dicambuki tanpa belas kasihan, Shusima mengingat semua dendamnya ketika ashoka mengalahkannya dipertandingan lumpur, Shusima pun mengingat semua perkataan Ashoka kepada dirinya, bagaimana dia selalu melindung ahenkara. Shusima pun mengingat ketika Ashoka menonjok dirinya didepan Cahru, Dharma dan Ahenkara.
Helana hanya terdiam berdiri bersama dengan cahru
Cahru pun tersenyum dengan rasa sangat puas
Shubarasi pergi, ia sudah tidak sanggup melihat penderitaan ashoka dicambuki.
Ahenkara menangis pilu menghawatirkan keadaan ashoka, ia pun masih menghitung dan menaruh bola ke wadah baskom
Ashoka muntah dan sudah tidak sanggup lagi
Ahenkara meminta agar shusima mengampuni Ashoka
Radhagupta pun tidak tega ia hanya memejamkan mata.
Shusim memaharahi Ahenkara karena ia berhenti untuk menghitung
Ahenkara sangat sedih 
Shusim bertanya kepadanya :”Mengapa kau berhenti menghitung?”
Shusima menendang semua bola yang ada dihadapan ashoka, ia sangat marah kepada ashoka. Algojo melepaskan ikatan tangan Ashoka, Ashok ambruk dan tidak berdaya.
Dharma masih ingin mendekati Ashoka, kasturi mencegahnya
Ketika itu Radhagupta ingin mendekat, Shusima tidak memperbolehkan Radhagupta menemui Ashoka :”jangan membantunya, ia saudara ku, ia akan diberikan pengobatan”
Shusima meminta agar prajurit membawa ashoka pergi
Radhagupta :” Tapi Asoka…”
Shusim :” Dengarkan kata-kata ku, jangan khawatirkan dia”
Dharma menangis pilu didampingi oleh kasturi
prajurit membawa Asoka pergi, Dharma menyebut namanya :”Ashoka…”
Cahru tersenyum licik melihat keadaan Ashoka yang terkulai lemah.
Tubuh ashoka penuh dengan luka cambukan
Dharma datang menemui Ashoka
Ashoka dibaringkan telungkup, seluruh tubuhnya penuh dengan luka cambukan. Dharma berlari dan langsung bertemu dengan Ashoka ditemani oleh dua orang pelayan dan duduk disampingnya, Dharma menanyakan keadaan Ashoka.
Ashoka gemetar dan ia banyak mengeluarkan keringat :”Ibu”
Tubuh Ashoka banyak mengeluarkan darah
Dharma bertanya :” Bagaimana kondisi mu putra ku, apa yang kau rasakan?. Ibu sudah bilang minta maaflah”
Ashok :”Bu, Aku hanya tidak bisa melihat kau mendapatkan hinaan”
Tabib datang membawakan krim obat untuk luka ashoka yang penuh dengan sabetan cambukan, Ashoka menjerit kesakitan “Ibuuuuuuuu, ku mohon ibu saja yang mengoleskannya”
Dharma meminta krim obat pada tabib “ Berikan kepada ku”
Kasturi mempersilahkan tabib pergi
Perlahan-lahan Dharma dengan lembut mengolesi krim obat pada seluruh punggung Ashoka dan ia pun bernyanyi”
Mendengar nyanyian ibunya, Ashoka mengingat bagaimana ibunya menghawatirkan dirinya ketika perutnya sakit, ashok mengingat ketika ibunya selalu menyuapinya makan, ia memejamkan matanya 
Tiba-tiba Dharma menjerit dan melemparkan krim obat, ashoka tersentak kaget mendengar jeritan ibunya sambil memegangi kepalanya, Ashoka pun bertanya :”Ada apa bu?”
Ahoka mencoba untuk bangun namun ia terjatuh, ia ingn berusaha mendekati ibunya tubuhnya tidak berdaya menopang dirinya, ia pun kembali terjatuh dan menjatuhkan meja, ia mencoba untuk kembali bangkit.
Dikamar Cahru sedang memainkan lonceng dan membacakan mantra ilmu shir hitam untuk menyakiti Dharma , semakin cahru membaca kepala Dharma semakin sakit kepala”
Cahru menggegam abu
Ashoka masih berusaha untuk mendekati ibunya dan bertumpu pada pilar, ia mencoba untuk berdiri.
Dharma :” Aku seperti mendengarkan sesuatu yang sangat bising, seolah terus berputar-putar dikepala ku”
Cahru berhenti untuk memainkan lonceng dan mengatakan :”Ashoka sudah melakukan kesalahan besar dengan bersatu dengan kedua orang tuanya, dan sekarang aku akan membuat ibunya menderita” cahru melempakan abu kedalam api dan kembali memainkan lonceng dan membacakan mantra
Dharma terus menjerit kesakitan dan ia menangis meminta tolong 
Ashoka menenangkan ibunya :”Dengarkan aku bu, kau harus percaya dengan ku”
Dharma :” Aku percaya kepada mu putra ku”
Ashoka :” Aku tidak akan pernah membiarkan sesuatu terjadi kepadamu”
diruangan cahru, charu sedang asik bermain-main ritawal ilmu hitamnya Cahru :”Ashoka, kau harus membayar semua perbuatan mu kepada ku dan juga putra ku Shusima, dia hanya pantas menjadi pelayan dan aku akan menjamin semua penderitaan kalian”
Dharma pingsan ashoka terus memanggil nama ibunya
Ashoka pun tidak sadarkan diri
Kasturi dan Radhagupta berlari
Kasturi :”Rani Dharma”
Dalam perjalannnya, Bindu sangat gelisah. Ketika itu chanakya bertanya kepada Bindu :”Apa yang terjadi ?”
Bindu :” Entahlah, aku tidak tahu, aku hanya merasa bahwa orang yang sangat dekat dengan ku sedang sakit, aku ingin kembali ke Magadha tapi kita harus melanjutkan perjalanan ke Ujjain”
Cahanakya :” Setelah Raja ji dan Ratu Niharika mati, mereka sudah kehilangan raja dan juga ratu mereka, Ujjaiin dalam kekacauan, kita harus pergi kesana”
Diperjalanan mereka bertemu dengan seorang gadis (Gadis misterius) yang sedang tergeletak dan mengahalangi jalan rombongan Bindu berhenti, Bindu meminta agar prajurit menemui gadis itu, Chanakya dan Bindu turun dari kuda mereka
Gadis misterius :”Tolong aku”
Bindu bertanya kepada gadis misterius :” Kau siapa?”
Gadis Misterius :”Aku Mirha, Aku seorang pedagang, aku tertinggal rombongan ku, aku ingin pergi ke Ujjain tapi ditengah perjalanan aku tertinggal”
Bindu :”Kami pun akan pergi ke Ujjain, aku mau pergi ke sana apa kau mau ikut bersama dengan kami”
Gadis misterius :”Terima kasih”
Prajurit membantu gadis misterius bangun dan gadis misterius sudah duduk diatas kuda
Chanakya mengingatkan Bindu :”Dalam masyarakat, ada berbagai macam orang yang berbahaya dan salah satunya ialah berpendampilan indah dan berwajah seolah tidak berdosa, dan aku merasa aneh pada dirinya dan bahkan ia akan ke Ujjain, dan tertinggal oleh rombongannya, bahkan sama sekali tidak mempedulikannya”
Bindu :” Kau mungkin saja meragukannya, tapi kita pun tidak dapat meninggalkannya”
Gadis misterius berfikir dan memperhatikan chaanakya sambil berpura-pura memegngi kepalanya :” Cahanakya pun sudah curiga pada ku, tapi aku pun rekannya”.
Dimalam hari, Dharma sudah tersadar dari pingsannya. Kasturi, Radagupta, Cahru, tabib dan ashoka ada disana
Tabib menjelaskan kondisi Rani Dharma
Radhagupta :” Rani Dharma, bagaimana keadaan mu, apa yang terjadi?”
Dharma :” Aku seolah mendengarkan suara bising yang terus mengiang-ngiang ditelinga ku hingga membuat kepala ku sakit”
Radhagupta :” Bindu dan Chanakya akan ke Ujjain mereka akabn kembali nanti”
Dharma memegangi kepalanya yang masih pusing
Charu nyengir dan mengomel : “ Kau tidak usah terus seperti itu, aku pun tahu alasan di balik rasa sakit mu, ketika seorang ibu melihat putranya dipukuli seperti itu. Ashoka sudah diberikan kesempatan untuk memilih hukumannya agar diperingan, tetapi ia tetap keras kepala, dengan melihat keadaan ibunya seperi ini minimal ia pun bisa memberikan perawatan kepada ibunya, dia selalu melanggar dan setiap kali ia melanggar tuhan pun akan merasa jengkel padanya”
Dharma :” Terima kasih, kau sudah banyak membantu ku untuk menghilangkan rasa sakit dikepala ku”
Ashoka meminta agar ibunya beristirahat, ia merasakan tubuh daharma demam.
Radhagupta :”Bagimana kondisimu sekarang?”
Dharma :”Aku sudah baikan”
Radhagupta pergi bersama dengan tabib
Cahru meminta agar ahenkaa pergi bersama dengannya
Cahrubmenyuruh agar ahenkara pergi dengannya
Ashoka pun beristirahat dan tidur disamping ibunya
Dipagi hari, Ashoka terbangun dari tidurnya dan memeriksa keadaan ibunya, Dharma sudah baikan
Kasturi meminta agar Ashoka beristirahat, Drupat datang menemui Ashoka dan mengatakan kepada Asoka :” Ashoka, teman-teman mu datang dari desa Vann, temuilah mereka kau tidak perlu menghawatirkan ibu mu, aku akan disini dan menjaga ibumu, ia sudah banyak melayani ku dan sekarang aku yang akan merawatnya, ashoka melihat pada Dharma
Ashoka tersenyum pada Drupat, ia pun menutupi tubuhnya dengan kain dan ia pergi menemui teman-temannya.
Ashoka datang menemi temannya di kamar, ia tidak menemukan siapa pun ketika itu teman-temannya mearik kain dan terkejut melihat luka bekas cambukan di sekujur punggung ashoka
Teman ashok :” Dimana-mana tidak ada keadilan”
Ashoka bertanya :” Apa yang sudah terjadi?”
Mereka semua bercerita :”Raja kami di desa Vann sudah lupa untuk melindungi semua orang, kau tahu prajurit sudah dengan sadis membunuh semua orang di desa Vann? Raja kami mengambil semua tanah dari orang-orang didesa yang tidak bersalah”
Kilas balik :” Seorang wanita menangis dan tidak berdaya terjatuh dan menangisia meminta ampun, ketika itu raja meminta kepada semua Rakyat desa Vann untuk merampas semua tanah dan bagi siapapun yang melawan dan menolak mereka semua akan mati, dua orang warga sedang di ikat dan dicambuki prajurit
Teman ashoka : “ketika itu kami mencoba untuk berbicara kepada raja kami, ia menunjukkan pisau dan mengancam kami, kami percaya bahwa seorang raja tidaklah egois seperti dirinya, kami pun sangat mempercayai mu, kau ingat, kau ingat dengan semua yang sudah kau katakan tetapi mereka sudah merampas tanah mereka, seharusnya yang sewajarnya mereka harus diberikan tunjangan, diberikan tempat untuk berlindung”
Teman ashoka mencoba berbicara pada raja mereka namun mereka diancam bahakan raja di vann mengatakan :”Tidak ada yang dapat dilakukan oleh Bindusar”
Ashoka :’Kapan kalian datang?”
Teman ashoka :” Kami datang kesini malam hari”
Kilas balik :Ketika mereka datang, prajurit menghentikan mereka, teman shusim memberika beberapa potong kue, dan mereka datang untuk menemui Shsima dan meminta bantuam ,tetapi shusima malah memberikan perlakuan kasar
Teman ashoka :” Shusima, menyiram wajah ku dengan anggur, ku kira ia adalah penyelamat kami, kami pun salah mengambil keputusan karena tidak ada penyelamat untuk kami, dan kami sepakat untuk mengambil keputusan untuk membawa perubahan untuk melawan raja kami”
Ashok :’ Tidak jangan lakukan hal itu, bahkan Bindu pun tidak ada disini, Samarat tidak terlibat dalam hal ini”
Teman ashoka Kau tahu kamum Ravanshies, mereka sangatlah kejam”
Ashok :”Aku akan mencoba untuk berbicara pada Shusima”
Teman-teman ashoka bertanya :” Apakah ia akan mendengarkan permintaan mu?
Ashok :”Biarkan aku mencobanya “
Mereka semua setuju
Shusima sedang menikmati tarian bersama dengan Ahenkara, Shsuima pun mengundang Raja di desa Vann. Ahenkara sangat tidak nyaman. Dikoridor istana, Radhagupta, Ashoka dan teman-temannya sedang berbicara. Rahdagupta menasehati Ashoka, kemudian ashoka menceritakan tentang perkara tanah yang terjadi didesa Vann, Ashoka :”Aku ingin bicara dengan Shsuima”
Mereka semua mencoba untuk datang dan menemui Shusima, mereka semua masuk dan menganggu hiburan Shusima
Shsima :” Tidak taukah kau, aku sedang beristirahat dengan tamu istimewa ku, jika orang lain mencoba untuk menganggu maka ia akan kena hukuman”
Ashok :” Aku datang untuk meminta sesuatu pada mu saudara ku”
Shusim :” Apa kau datang kesini hanya untuk mengemis pada ku, kau tahu tindakan mu itu seperti seorang pengemis, sorang pengemis selalu mentengkadahkan tangannya untuk mengemis dan memohon, tapi kau datang untuk meminta pada ku untuk pertama kalinya, jadi aku akan mendengarkannya, shusima meminta ashoka berbicara
Ashoka :” Di sini ada bebrapa orang teman ku, dulu mereka tinggal di desa Vann”
Shsusim :”Hanya satu menit, kau sebaiknya mencuci tangan dan kaki ku terlebih dahulu, aku tidak dapat berkonsntrasi”
Shusima berbisik pada Kaalatak agar tamunya sabar menunggu, Kaalatak tertawa senang dan menemui Raja dari desa Vann
Shsuim berfikir :” Rasa keras kepala mu tidak akan pernah bisa mengusir mu dari sini, biar kau rasakan”
Shusuim menyerahkan gelas minumnya dan ia menuangkan obat ke minuman Shusima, Ahenkara berfikir :” Hari ini aku akan mengambil keuntungan geratis darinya” ia menuangkan serbuk kedalam minuman shusima
Ashoka ingin pergi, tapi shusima meminta agar ia mencuci kakinya juga
Ashoka tertunduk dan ia berfikir :” Mereka tidak bersalah, aku yang akan menanggung semua penghinaan ini”
Ashoka tanpa rasa sungkan datang dan kembali untuk membawakan nampan dan air serta mencuci kaki shusima
Shusim bertanya :”Bagaimana perasaan mu ketika kau mencuci kaki ku?
Ashok :” Itu sama seperti Seorang adik sedang mencuci kaki kakaknya”
Shusim :” Melihat air ini, sepertinya aku merasa kotor, bisakah sekarang kau ambil air yang baru?”
Radhagupta :” Bgaimana jika yang mulia Bindusara tahu tentang semua ini?
Shusima marah dan membentak Radhagupta :” Aku hanya memerintahkannya untuk mengambil air”
Ashok pun mengelap tangan dan kaki shusima dengan kainnya
Shusima meminta agar teman-teman ashoka dihadapkan dan berbicara
Teman ashoka mengatakan kepada Shusima tentang semua masalah dan
Ashoka membawa meminta agar teman-temannya menceritakan semua masalah pada shusima.
Teman-teman ashoka menceritakan semua permasalahan mereka di hadapan shusima
Shusima :”Tanah mereka dirampas dari merela, dan itu semua atas raja itu?
(Raja dari desa vann ada disana)
Teman ashok :” Kami ingin tanah kami kembali, hanya cukup untuk kami tinggal dan makan”
Shusima meminum air yang sudah dicampurkan obat oleh ahenkara
Ahok :” Kau mau untuk memenuhi semua janji mu itu?”
Teman ashoka :” Kau harus melakukan sesuatu untuk kami”
Shusima marah dan memerintahkan prajurit untuk membawa mereka keluar, mereka memohon pada ashoka
Ashoka :”Ia pangeran, dan dia tidak akan pergi bersama dengan kalian”
Shusima meminta agar prajurit menghukum semua teman ashoka karena sudah menganggu istirahanya
Ashoka berfikir :” Akan seperti apa situasi ini, jika bindu dan juga chanakya tidak ada disini, shusima sangat kejam ia akan membakar segala sesuatu dan akan memberikan rasa sakit kepada semua bangsa, bukankah seorang raja untuk melakukan keadilan yang dapat menyelamatkan dan melindungi rakyatnya dari kekajamannya”
Ashoka membayangkan ketika shusima bertindak sewenang-wenang pada rakyat dan habis membakar rumah mereka, dan shusima hanya tertawa senang
Ashoka merubah pakiannya menjadi hitam dan menutupi wajahnya
Ashoka mengambil pedangnya dan berjalan dihutan

Perecap semua teman-teman ashoka memberontak dan mereka mengalahkan dan membunuh prajurit, satu teman ashoka datang untuk membunuh ashoka dan Ashoka pura-pura tidur dan menyelimuti dirinya.
‪#‎Made‬ 05 Oktober 2015