Di tempat Pangeran Pratap, ketika tubuh Pangeran Pratap sudah tenggelam dilumpur, namun tangannya masih terlihat. Saat itulah kuda Pangeran Pratap datang menolongnya dgn tali, Pangeran Pratap segera menggenggam tali yg ada pada leher kudanya.dan Hukum Singh sangat terkejut melihatnya. Saat Pangeran Pratap berusaha keluar dari dalam lumpur, Hukum Singh datang menghampirinya & Pangeran Pratap sangat marah pada Hukum Singh karena sudah berkhianat. Hukum Singh tampak mengejek Pangeran Pratap & mengatakan, "kami akan selalu mencelakaimu." Hukum Singh kemudian mencoba memotong tali yg ada pada Sarang (nama kuda Pangeran Pratap) dgn pedangnya, Pangeran Pratap berusaha memanggil Sarang agar cepat mengangkat tubuhnya, namun lagi lagi Pangeran Pratap tenggelam di air yg berlumpur.
Diperbatasan, Guruji sangat terpukul melihat Anuj sudah berada diujung maut. Setelah Anuj mengungkapkan semuanya kepada Guruji, akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya. Semua orang tampak berkabung atas kematian Anuj.
Di kerajaan Marwar, Phool dgn perasaan sedihnya mengingat semua tentang keputusan besar kakeknya saat di Mewar dulu & ia juga ingat kakeknya tdak mau berjanji utk tdak melukai Pangeran Pratap pada saat perang nanti. Saat itulah seorang dayang datang dgn membawa surat dari ajabde utk Phool. Phool mengambil surat itu, namun ia teringat akan semua ucapan Pangeran Pratap, dgn kesal Phool membuang surat Ajabde. ibu phool datang & berkata, "Phool mengapa kamu tdak membaca suratnya, bukankah ini surat dari Ajabde?" Phool menjawab, "saya tdak ingin membaca surat apapun." Ibu Phool hanya diam saja, & segera pergi meninggalkannya sendirian. Phool kembali menatap surat dari Ajabde, & ia pun kembali menangis.
Kembali di hutan, dimana Hukum Singh tampak mengejek Pangeran Pratap dgn wajah geramnya, & tali kuda yg sudah terputus dilemparkanya kedalam air. Pangeran Pratap berusaha menyelamatkan dirinya yg akan tenggelam, namun hukum sing mentertawakanya. Saat hukum singh hendak pergi & berbalik membelekangi Pangeran Pratap, dgn lantang Pangeran Pratap memanggil Hukum Singh, dgn gerakan cepat Pangeran Pratap menghentikan langkah Hukum Singh dgn menempatkan talinya pada leher Hukum Singh. Dgn sekuat tenaga Pangeran Pratap menarik tali itu, Hukum Singh berusaha meminta tolong pada prajurit Mughal. Saat itulah Pangeran Pratap yg masih memegangi tali, dgn kekuatanya Pangeran Pratap berhasil keluar dari lumpur. Hukum Singh tampak kaget melihat Pangeran Pratap berhasil keluar dari lumpur.
Diperbatasan, Guruji & pasukannya akan bersiap2 utk menghadapi pasukan Mughal. Dgn lantang Guru ji mengatakan, "sekarang kita harus mencegah cara Mughal utk masuk kebenteng kita ini." Guru Ravendra memberi selogan pada pasukanya, & mereka bergabung utk menahan pintu yg berusaha dibuka oleh pasukan mughal dgn batang kayu besar. Peperangan semakin panas, pasukan mughal kembali memberi serangan mereka dgn anak panah yg lebih banyak.
Di kerajaan Mewar, upacara Johar masih berlangsung, dimana Raja Uday Singh tampak marah dgn kepergian Pangeran Pratap. Raja Uday Singh bertanya tentang Pangeran Pratap, pada Ratu Jaywanta. kemudian Rawal ji datang & mengatakan,"Ranaji, Pangeran Pratap, telah pergi ke Peragarh (perbatasan benteng mewar)." Raja Uday Singh kaget mendengarnya & langsung menanyakan pada Ratu Jaywanta. Ratu Jaywanta mengatakan, "Pangeran Pratap telah memberitahu saya..." Ratu Jaywanta teringat pembicaraannya dgn Pangeran Pratap dikamar & mengatakan alasanya pada Raja Uday Singh, Ratu Bathiani kembali mengejek Ratu Jaywanta. Uday singh langsung mengatakan, "mengapa ia selalu melakukan sendiri?" Ratu Jaywanta menjawab, saya telah memberi izin kepadanya." Raja Uday Singh tdak suka mendengarnya & memerintahkan Rawal ji utk membawa kembali Pangeran Pratap. Rawal Ji segera pergi melaksanakan perintah dari Raja Uday Singh. Begitupula Raja Uday Singh juga pergi meninggalkan upacara Johar. & Ratu Bathiani mengusir Veera Bai, setelah Bathiani selesai berbicara dgn Ratu Jaywanta ia segera pergi meninggalkan Ratu Jaywanta sendirian.
Kembali kehutan, dimana Hukum singh tampak ketakutan melihat Pangeran Pratap sudah berdiri dihadapannya, Hukum singh mencoba meminta bantuan pada tentara Mughal tetapi mereka membantah. Pangeran Pratap dgn geram memperingati hukum Singh yg sudah bergabung dgn pasukan Mughal, Pangeran Pratap menanyakan kenapa ia melakukan hal ini? Namun Hukum Sing tdak menjawabnya, ia lebih memilih menyerang Pangeran Pratap dgn pedangnya, namun Pangeran Pratap bisa menghindar & menyerang balik Hukum singh dgn tangan kosong & melempar hukum singh ke lumpur tempat Pangeran Pratap terjebak tadi.
Kembali keperbatasan, dimana Jalal masih menyaksikan peperangan dari atas bukit bersama beberapa prajuritnya. & terlihat pasukan mughal kembali melakukan penyerangan dgn anak panah, pasukan Ravendra berusaha menahan pintu dari dalam benteng. Sedangkan Ravendra mencoba mengumpul anak panah yg tertancap ditanah. Kheta ji yg masih berusaha menahan pintu mengatakan kepada Ratan singh, kita pasti akan terbunuh tetapi sebelum itu saya ingin membunuh tentara Mughal." Ratan singh menjawab, "saya juga akan bergabung dgn Anda." Kheta ji mengatakan, "Tdak, Kau datanglah setelah saya, kau akan mendapatkan kesempatan menyerang mereka setelah saya menyerang duluan." Rana Kheeta segera pergi dari pintu, setelah meneriaki selogan utk mereka. Sedangkan guru Ravendra & Cakrapani, masih berusaha menyerang mereka dgn anak panah yg mereka miliki. Dgn semangat Cakrapani memberi selogan utk mereka "Hidup Mewar." Suasana semakin memanas, Pasukan Ravendra yg sedikit harus siap menghadapi ribuan pasukan mughal. Rana Kheeta Ji sudah berdiri diatas benteng dgn sebuah pedang ditangannya, Rana kheeta segera meloncat keluar dari benteng, ia segera menyerang prajurit yg berusaha membuka pintu benteng mereka. Setelah berhasil membunuh prajurit tersebut, pemimpin mughal memberi perintah utk menyerang Ranakheeta, kini ranakheeta akan menghadapi prajurit Mughal yg lebih banyak lagi, ia tampak dikepung dari segala arah.
Dihutan, Hukum singh yg berada dilumpur berusaha meminta pertolongan. Namun tdak ada seorangpun yg menolongnya, hingga Hukum singh tenggelam dilumpur. Prajurit Mughal mulai menyerang Pangeran Pratap, Pangeran Pratap berusaha menyerang Balik pasukan mughal sendirian.
Diperbatasan, Ranakheeta tampak bertarung sendirian melawan pasukan mughal. Saat ia berhasil membunuh banyak pasukan Mughal, tiba2 saja salah seorang prajurit melempar tanah pada mata Kheetaji. & Kheeta ji langsung diserang, hingga ia mulai mendapat sayatan pedang dari segala sisi. Sedangkan Pangeran Pratap masih melawan Pasukan mughal sendirian dihutan. Begitupula dgn Rana Kheeta yg sudah terluka parah berusaha menangkis pedang musuhnya dgn tangan kosong. Darah mulai membanjiri tubuh rana kheeta ji. Hingga Rana kheeta ji mendapat tusukan dari belakang punggungnya, Dgn tertunduk lemah Rana kheeta tetap memberi semangat pada dirinya & memberi selogan utk mewar.
Dihutan Pangeran Pratap masih bertarung dgn seorang prajurit yg tampak kuat melawannya. Rana kheeta yg berdiri dipintu benteng, tampak menantang pasukan mughal agar melangkahinya, pemimpin mughal memberi perintah pada prajuritnya utk melakukanya. Rana kheeta berusaha menahan serangan, hingga tubuhnya diserang berkali2 dgn balok kayu besar. Dari kejauhan jalal & Bhairam khan tampak tersenyum melihatnya, & akhirnya tubuh Rana Kheetaji terkulai lemah. Dari atas bukit, jalal mendapat informasi dari salah seorang prajuritnya bahwa Pangeran Pratap sudah berhasil membunuh hukum singh & ia juga membunuh pasukan mereka. Jalal & Bhairam khan tampak geram mendengarnya.
Bhairam khan bertanya pada jalal & Jalal mengatakan, "kita harus melawan mewar pada kesempatan ini." Bhairam khan menanyakan caranya & Jalal mengatakan idenya bahwa , "Khan baba, kita akan berganti pakaian prajurit, kita akan menyamar sebagai prajurit Marwar & kita akan menyerang mereka & menunjukkan Raja Maldev ji sebagai pelakunya. maka Mewar akan marah pada Marwar. kemudian Marwar & Mewar akan bertarung satu sama lain." Bhairam khan mengangguk menyetujui ide dari jalal.
Sementara itu pasukan Mughal sudah hampir berhasil meruntuhkan pintu benteng, sedangkan prajurit mughal lainya, masih menyerang benteng dgn anak panah mereka. Guruji & cakrapani juga menyerang balik dgn anak mereka. Pasukan Ravendra memberi semangat utk mereka & bersiap2 menghadapi pasukan mughal yg akan masuk kebentang mereka. Hingga pintu itu berhasil dibuka, mereka mulai menyerang satu sama lain. Suasana peperangan semakin memanas, sedangkan guru Ravendra & cakrapani masih menyerang dgn anak panah mereka, saat itulah guruji melihat satu anak panah hendak melesat ke Cakrapani, guruji berusaha menghalanginya namun tbuh guruji terjatuh, sedangkan anak panah itu berhasil tertancap didada cakrapani. Tubuh cakrapani terjatuh ketanah, ia tampak menahan rasa sakitannya. Sedangkan guruji juga mengalami luka pada lengannya. Disisi lain, tampak pasukan Jalal menangkap beberapa pasukan musuhnya. Mereka tampak memohon2 pada jalal agar tdak membunuh mereka, namun jalal tdak mendengar permohonan mereka. Jalal memerintahkan pada prajuritnya utk membunuh mereka, prajurit itupun mulai melaksanakan perintah jalal, perlahan prajurit jalal mengambil air yg mendidih dari dalam kuali panas, & air mendidih itu ia tuangkan ke kepala prajurit musuh mereka. Bharam khan tampak ngeri melihat prajurit musuh mereka tewas satu persatu oleh air mendidih itu, sedangkan jalal hanya tersenyum santai menyaksikanya.
Dibenteng Ratan singh tampak bertarung melawan pasukan mughal dgn dibantu beberapa pasukan Ravendra. Sedangkan guruji berusaha membantu cakrapani yg terluka parah didadanya, Guruji merangkul Cakrapani namun naasnya salah satu panah melayang kearah guruji & berhasil tertancap diperut guruji. Cakrapani tampak panik melihat gurunya terluka. Disisi lain tampak Pangeran Pratap hampir mencapai benteng. Cakrapani yg masih berada dipundak guruji, berusaha menanyakan kedaan gurunya. Sedangkan rana singh, benindas & pasukan mereka masih berusaha melawan pasukan mughal, mereka tampak kewalahan melawan pasukan mughal yg semakin banyak, hingga benindas mendapat sayatan dileher & perutnya, benindas jatuh ketanah tdak sadarkan diri. Sedangkan GUru ji langsung melepaskan anak panah itu dari perutnya, ia berusaha menggendong cakrapani ketempat yg lebih aman.
Pangeran Pratap masih berada diperjalanan menuju benteng. Sedangkan guruji kembali mendapat serangan, & kini kakinya yg tertancap anak panah, cakrapani kembali berusaha menanyakan keadaan gurunya. Pasukan ravendra yg tersisa sedikit masih berusaha melawan pasukan mughal. & guriji yg sudah mengamankan Cakrapani di dalam gubuk, tampak sempoyongan hingga akhirnya guruji jatuh ketanah yg beralaskan jerami. Ratan singh yg masih berusaha melawan pasukan mughal juga mendapat luka sayatan, & Ratan singh juga tewas dalam peperangan. Saat itulah Pangeran Pratap sampai disana, Pangeran Pratap terkejut melihat semua banyak yg tewas. Matanya tampak memerah melihat teman2nya sudah banyak yg tewas, Saat Pangeran Pratap melihat tubuh Anuj, Pangeran Pratap teringat kenangannya bersama Anuj diwaktu ia masih belajar dulu. Pangeran Pratap beralih ketubuh temannya Benindas yg ikut tewas dalam perang. Pangeran Pratap segera meloncat dari kudanya, & perlahan lahan mulai berajalan melihat situasi, saat itulah Pangeran Pratap melihat Guru Ravendra sudah tdak sadarkan diri. Pangeran Pratap segera menghampiri gurunya, & meletkan kepala Guru Ravendra dipangkuannya. Pangeran Pratap berusaha menyadarkan gurunya, namun tangan guruji terkulai lemah dgn darah yg membanjiri tangannya. Dgn mata yg berkaca kaca & suaranya yg parau, Pangeran Pratap berusaha memanggil manggil gurunya. BACA SELANJUTNYA || Mahaputra Episode 238